Mengapa Pemerintah Indonesia Lebih Fokus pada Membangun Infrastruktur yang "Car-Centric" Dibanding "Human-Centric"
Mengapa Pemerintah Indonesia Lebih Fokus pada Membangun Infrastruktur yang "Car-Centric" Dibanding "Human-Centric"
Oleh: Admin
Pernahkah Anda bertanya-tanya mengapa pembangunan jalan tol dan jembatan besar lebih sering menjadi prioritas dibandingkan trotoar yang nyaman atau jalur sepeda yang aman? Di Indonesia, fokus pembangunan infrastruktur tampaknya lebih terarah pada kendaraan daripada manusia. Artikel ini akan membahas alasan di balik fenomena tersebut dan dampaknya bagi kehidupan kita sehari-hari.
1. Pertumbuhan Ekonomi dan Konektivitas
Infrastruktur jalan raya dan jalan tol dianggap sebagai tulang punggung pertumbuhan ekonomi. Dengan membangun jalan yang menghubungkan berbagai daerah, pemerintah berharap dapat meningkatkan konektivitas antarwilayah dan mempercepat distribusi barang dan jasa. Ini diharapkan dapat menurunkan biaya logistik dan mendorong investasi.
Namun, fokus yang berlebihan pada infrastruktur "car-centric" seringkali mengesampingkan kebutuhan pejalan kaki dan pengguna transportasi umum. Hal ini menyebabkan ketidakseimbangan dalam aksesibilitas dan mobilitas masyarakat.
Menurut Indonesia Investments, investasi besar dalam infrastruktur jalan diharapkan dapat mengurangi kesenjangan ekonomi antarwilayah.
2. Industri Otomotif yang Kuat

Indonesia memiliki industri otomotif yang signifikan, dengan jutaan orang bekerja di sektor ini. Peningkatan penjualan kendaraan bermotor memberikan kontribusi besar terhadap pendapatan negara melalui pajak dan retribusi. Akibatnya, kebijakan yang mendukung penggunaan kendaraan pribadi seringkali lebih diutamakan.
Hal ini diperkuat dengan adanya lobi dari perusahaan otomotif besar yang memiliki pengaruh dalam pembuatan kebijakan publik.
3. Perencanaan Kota yang Kurang Memadai

Banyak kota di Indonesia berkembang pesat tanpa perencanaan yang matang. Urbanisasi yang cepat mengakibatkan infrastruktur publik seperti trotoar, taman, dan jalur sepeda kurang diperhatikan. Desain kota seringkali tidak ramah bagi pejalan kaki dan pengguna transportasi umum.
Akibatnya, masyarakat lebih memilih menggunakan kendaraan pribadi karena dianggap lebih nyaman dan efisien, meskipun hal ini menambah kemacetan dan polusi udara.
4. Keterbatasan Transportasi Umum
Kualitas dan cakupan transportasi umum di Indonesia masih perlu banyak perbaikan. Jadwal yang tidak tepat waktu, kenyamanan yang kurang, dan rute yang terbatas membuat masyarakat enggan menggunakan transportasi publik. Tanpa alternatif yang memadai, kendaraan pribadi menjadi pilihan utama.
Meningkatkan sistem transportasi umum yang efisien dan nyaman dapat mendorong masyarakat beralih dari kendaraan pribadi, mengurangi kemacetan dan dampak lingkungan negatif.
Baca juga: Transportasi Umum yang Efektif dan Efisien
5. Budaya dan Persepsi Masyarakat
Kendaraan pribadi seringkali dianggap sebagai simbol status sosial dan kesuksesan. Kepemilikan mobil atau motor memberikan kebanggaan tersendiri bagi banyak orang. Selain itu, kurangnya kesadaran akan pentingnya mobilitas berkelanjutan membuat perubahan menuju infrastruktur "human-centric" menjadi tantangan.
Pendidikan dan kampanye kesadaran publik tentang manfaat transportasi ramah lingkungan dapat membantu mengubah persepsi ini.
6. Kebijakan dan Regulasi

Subsidi bahan bakar dan kurangnya regulasi yang membatasi pertumbuhan kendaraan pribadi turut berkontribusi pada fokus pembangunan yang "car-centric". Pemerintah perlu menerapkan kebijakan yang mendukung transportasi berkelanjutan, seperti insentif untuk pengguna transportasi umum dan pengembangan infrastruktur pejalan kaki.
Dengan kebijakan yang tepat, perubahan menuju infrastruktur yang lebih "human-centric" dapat diwujudkan.
Kesimpulan
Fokus pemerintah Indonesia pada pembangunan infrastruktur yang "car-centric" dipengaruhi oleh faktor ekonomi, industri otomotif, perencanaan kota, keterbatasan transportasi umum, budaya, dan kebijakan. Meskipun pembangunan jalan dan jembatan penting untuk pertumbuhan ekonomi, keseimbangan dengan infrastruktur "human-centric" perlu diperhatikan untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat.
Membangun trotoar yang nyaman, jalur sepeda aman, dan transportasi umum yang efisien adalah langkah penting menuju kota yang ramah bagi semua.
Untuk informasi lebih lanjut tentang perencanaan kota yang ramah pejalan kaki, kunjungi artikel kami sebelumnya: Perencanaan Kota Ramah Pejalan Kaki
Baca Lebih Lanjut
- Pengembangan Infrastruktur Indonesia - Indonesia Investments
- Indonesia Needs to Shift its Transport Focus from Cars to People - The Conversation
- Towards Sustainable Mobility in Indonesia - World Bank
- Studi Infrastruktur Transportasi Berkelanjutan di Indonesia - ITB Repository
- Mengelola Mobil Pribadi dan Kota agar Lebih Manusiawi dan Berkelanjutan - Kompas
Komentar
Posting Komentar
Komentar tidak boleh mengandung Sara,kata-kata kotor,porno,dan bahasa yang tidak dikenal.Dan tidak boleh Spam