Islam Sontoloyo dan Kritik Soekarno: Pemikiran Progresif untuk Islam Modern

Islam Sontoloyo - Soekarno
Buku Islam Sontoloyo karya Soekarno merupakan salah satu karya intelektual yang mengupas kritik tajam terhadap praktik keislaman tradisional yang dianggapnya stagnan dan penuh takhayul. Dalam konteks sejarah Indonesia, pemikiran Soekarno ini sangat penting sebagai bagian dari upaya pembaruan Islam yang rasional dan progresif. Artikel ini akan mengulas secara mendalam isi buku tersebut, mengapa Soekarno mengkritik Islam tradisional, pemikiran progresifnya untuk Islam, serta rekomendasi buku serupa yang dapat memperkaya pemahaman Islam modern.
Ulasan Buku Islam Sontoloyo Karya Soekarno
Buku Islam Sontoloyo yang ditulis oleh Soekarno pada tahun 1940 merupakan kritik terhadap praktik keislaman yang dianggapnya sudah kehilangan roh dan semangat asli Islam. Soekarno menggunakan istilah “sontoloyo” untuk menggambarkan umat Islam yang terjebak dalam dogma, takhayul, dan pemikiran yang tidak dinamis. Dalam surat-suratnya dan tulisan yang termuat di media seperti Pandji Islam, Soekarno mengungkap kegelisahannya terhadap kondisi umat Islam yang menurutnya masih terbelenggu oleh hadis-hadis lemah dan praktik keagamaan yang tidak rasional.
Soekarno menyoroti bagaimana umat Islam terlalu terpaku pada hukum fiqh secara kaku, sehingga mengabaikan inti etis dan moral dari Al-Qur’an. Ia mengkritik bahwa umat Islam lebih peduli pada hal-hal kecil seperti status haram dan halal, namun kurang memperhatikan nilai-nilai kemanusiaan seperti kepedulian terhadap fakir miskin dan anak yatim. Kritik ini menunjukkan bahwa Soekarno ingin mengajak umat Islam untuk kembali kepada sumber asli Islam dengan pendekatan yang rasional dan progresif.
"Mati-hidup dengan kitab fiqh itu... al-Qur'an dan Api Islam seakan-akan mati, karena kitab fiqh itu sajalah yang mereka jadikan pedoman hidup, bukan kalam Ilahi sendiri. Ya, kalau dipikirkan dengan dalam-dalam, maka kitab-kitab fiqh itulah yang seakan-akan ikut menjadi algojo ruh dan semangat Islam.... Masyarakat yang demikian itu akan segeralah menjadi masyarakat mati, masyarakat bangkai, masyarakat yang bukan masyarakat."
– Soekarno dalam Islam Sontoloyo
Selain itu, Soekarno juga mengkritik sistem aristokrasi di kalangan umat Islam yang mengkultuskan keturunan Nabi Muhammad dan habaib, yang menurutnya bertentangan dengan prinsip kesetaraan dalam Islam. Soekarno mendorong agar umat Islam meninggalkan sikap taklid buta dan mulai memikirkan kembali ajaran agama dengan akal sehat dan ilmu pengetahuan.
Dalam surat-suratnya yang tertanggal 1935, Soekarno bahkan menunjukkan ketertarikannya mendalam dengan hadis, khususnya hadis mi’raj, dan mengajak untuk menafsirkan ajaran Islam secara rasional tanpa mengabaikan akal. Ia menolak tafsir yang mengandalkan kepercayaan buta pada hal-hal gaib tanpa penjelasan logis.
Mengapa Soekarno Mengkritik Islam?
Kritik Soekarno terhadap Islam bukanlah bentuk permusuhan, melainkan dorongan untuk pembaruan dan kemajuan umat Islam. Beberapa alasan utama Soekarno mengkritik Islam tradisional adalah:
- Krisis Pemikiran Islam: Soekarno melihat umat Islam mengalami stagnasi intelektual yang menyebabkan kemunduran di berbagai bidang, termasuk ekonomi dan politik. Krisis ini menurutnya disebabkan oleh ketergantungan pada hadis-hadis lemah dan fiqh yang kaku[2][5].
- Dominasi Taklid dan Takhayul: Ia menganggap taklid (mengikuti tanpa kritik) dan takhayul (kepercayaan gaib tanpa dasar) sebagai penghalang utama kemajuan Islam. Soekarno ingin umat Islam berani berpikir kritis dan rasional[3][4].
- Pengabaian Etika Qur'ani: Soekarno menyoroti bahwa umat Islam lebih fokus pada aturan fiqh dan hukum ritual, sementara nilai-nilai etika dan sosial dalam Al-Qur’an kurang diperhatikan, seperti kepedulian sosial dan keadilan[2][4].
- Ketidakmampuan Menghadapi Modernitas: Soekarno menentang sikap konservatif yang menolak ilmu pengetahuan dan teknologi modern sebagai produk kafir. Ia mendorong umat Islam untuk menyerap kemajuan ilmu pengetahuan demi kemajuan umat[4].
- Sistem Aristokrasi dan Ketidaksetaraan: Ia mengkritik sistem sosial yang mengkultuskan keturunan tertentu, yang bertentangan dengan prinsip egaliter Islam[2].
Pemikiran Progresif Soekarno untuk Islam
Soekarno bukan hanya mengkritik, tapi juga menawarkan gagasan progresif untuk membangun Islam yang dinamis dan modern. Berikut beberapa pemikiran progresif Soekarno terkait Islam:
- Islam sebagai Agama Kemajuan: Soekarno menegaskan bahwa Islam adalah agama yang mengajarkan kemajuan dan perjuangan, bukan stagnasi dan penyerahan diri. Ia mengutip pandangan Kemal Ataturk bahwa Islam tidak mengajarkan umatnya untuk duduk termenung di masjid, melainkan untuk berjuang dan maju[4].
- Penolakan Taklid Buta: Soekarno mendorong umat Islam untuk meninggalkan sikap taklid dan mulai menggunakan akal serta ilmu pengetahuan dalam memahami agama[4][5].
- Rasionalisme dalam Beragama: Ia mengajak umat Islam menafsirkan ajaran Islam dengan pendekatan rasional, menghindari kepercayaan pada hal-hal mistis tanpa dasar ilmiah[1][3].
- Kembali ke Al-Qur’an dan Hadis yang Sahih: Soekarno menekankan pentingnya kembali kepada sumber asli Islam, Al-Qur’an dan hadis yang kuat, dan meninggalkan hadis dhaif yang merugikan kemajuan umat[1][5].
- Integrasi Islam dan Ilmu Pengetahuan: Soekarno sangat mendukung penyerapaan ilmu pengetahuan dan teknologi modern oleh umat Islam demi kemajuan bangsa dan agama[4].
- Penolakan Sistem Aristokrasi: Ia mengajak untuk menghapus sistem kasta dan aristokrasi dalam masyarakat Islam demi mewujudkan kesetaraan sejati[2].
- Pentingnya Etika dan Keadilan Sosial: Soekarno menekankan bahwa Islam harus menonjolkan nilai-nilai etika dan keadilan sosial, bukan hanya ritual dan hukum formal[2][4].
Rekomendasi Buku Serupa untuk Memahami Islam Modern dan Progresif
Bagi pembaca yang ingin memperdalam pemahaman tentang Islam progresif dan pembaruan pemikiran Islam seperti yang dikemukakan Soekarno, berikut beberapa buku yang direkomendasikan:
- Islam dan Modernitas oleh Nurcholish Madjid
Buku ini membahas bagaimana Islam dapat beradaptasi dengan modernitas tanpa kehilangan esensinya, menolak dogmatisme dan menekankan rasionalitas dalam beragama. - Islam: Agama yang Dinamis oleh Fazlur Rahman
Fazlur Rahman adalah tokoh pembaruan Islam yang menekankan pentingnya kontekstualisasi ajaran Islam dan interpretasi yang progresif. - Reformasi Pemikiran Islam oleh Muhammad Abduh
Karya klasik pemikir Islam yang mengajak umat Islam untuk meninggalkan taklid dan mengadopsi pendekatan rasional dan ilmiah dalam memahami agama. - Islam dan Demokrasi oleh Saeed Z. Hassan
Buku ini mengupas hubungan Islam dengan prinsip-prinsip demokrasi dan kebebasan beragama dalam konteks modern. - Islam dan Kebebasan Beragama oleh Azyumardi Azra
Mengupas sejarah dan pemikiran Islam yang mendukung kebebasan beragama dan pluralisme.
Kesimpulan
Buku Islam Sontoloyo karya Soekarno merupakan kritik tajam terhadap stagnasi dan dogmatisme dalam praktik keislaman tradisional. Kritik Soekarno didasari oleh keinginan kuat untuk membangkitkan umat Islam dari keterbelakangan intelektual dan sosial melalui pendekatan yang rasional, progresif, dan berbasis ilmu pengetahuan. Pemikirannya yang menolak taklid buta, mengedepankan etika Qur'ani, dan mendorong integrasi Islam dengan ilmu pengetahuan modern sangat relevan hingga kini.
Dengan membaca karya Soekarno dan buku-buku serupa, umat Islam dan pembaca umum dapat memahami bahwa Islam adalah agama yang dinamis dan progresif, yang mampu beradaptasi dengan kemajuan zaman tanpa kehilangan jati dirinya.
Komentar
Posting Komentar
Komentar tidak boleh mengandung Sara,kata-kata kotor,porno,dan bahasa yang tidak dikenal.Dan tidak boleh Spam