How to Kill a Witch: Panduan Patriarki untuk Membungkam Perempuan – Resensi Kritis

 


Pendahuluan: Buku yang Menang Goodreads Choice Award 2025

How to Kill a Witch: The Patriarchy's Guide to Silencing Women bukan sekadar buku sejarah—ini adalah bom waktu emosional yang meledak di benak pembaca. Ditulis oleh Claire Mitchell KC (pengacara hak asasi manusia) dan Zoe Venditozzi (novelis), buku ini memenangkan Goodreads Choice Award for Readers' Favorite History & Biography 2025 karena berani menyajikan sejarah percobaan penyihir Skotlandia (1563-1736) dengan gaya yang brutal, lucu gelap, dan sangat personal.

Buku ini lahir dari kampanye Witches of Scotland yang mereka dirikan pada 2020—kampanye yang berhasil memaksa pemerintah Skotlandia untuk minta maaf resmi pada Hari Wanita Internasional 2022, setelah 300 tahun bungkam.


Struktur Buku: Manual Pembunuh yang Berubah jadi Seruan Keadilan

Buku terbagi dalam tiga bagian besar:

Bagian 1: Hukum Tanah (The Law of the Land)

  • Bab 1-5: Cara percaya pada sihir, cara memulai pemburu penyihir, dan Daemonologie—buku manual raja James VI yang menjadi "buku pedoman" resmi pemburuan penyihir

Bagian 2: Membangun Kasus (Building a Case)

  • Bab 6-12: Langkah-langkah praktis—cara menuduh, cara menyiksa ("prick"), cara mengadili, cara membakar, dan cara mengubur penyihir (seringkali tanpa jejak)

Bagian 3: Bagian dari Masa Lalu? (A Thing of the Past?)

  • Bab 13-15: Bagaimana "kehilangan" penyihir dari sejarah, dan cara menuduh penyihir modern di abad ke-20 dan ke-21

Gaya Penulisan: Awalnya mereka ingin tulis buku sebagai tongue-in-cheek manual untuk patriarki, tapi makin dalam riset, makin marah dan tergerak—jadi gaya tetap sarkastik tapi penuh amarah.


5 Tema Utama yang Mengguncang

1. Sihir Itu "Nyata" – Tapi Hanya untuk Patriarki

Poin Kunci: Pada abad ke-16-18, sihir bukanlah "kepercayaan bodoh"—itu adalah sistem kepercayaan resmi yang diterima raja, gereja, dan hukum.

Contoh Nyata:

  • Elspeth Reoch (1616): gadis 12 tahun yang diklaim bertemu lelaki peri, dikasih "penglihatan kedua", lalu dipaksa seks dan disiksa hingga jadi bisu. Akhirnya dibakar hidup-hidup.
  • Allison Balfour (1594): penyembuh tradisional di Orkney yang disiksa 11 hari—kakinya dibakar, suami dan anak-anaknya disiksa di depannya—hingga akhirnya mengakui. Dihukum bakar meski cabut pengakuan.

Mitchell & Venditozzi's Argument"Orang modern suka cibir 'bodohnya' leluhur. Tapi ini bukan soal kebodohan—ini soal kontrol. Sihir adalah alasan untuk mengontrol perempuan yang berbahaya."


2. James VI: Raja Penyihir Supervillain

James VI (jadi James I Inggris) bukan hanya korban—dia arsitek utama.

Karya Matinya: Daemonologie (1597) 

  • Ditulis sebagai  dialog  antara "Pencinta Belajar" vs "Yang Berpengetahuan"
  •  Buku 2  fokus pada penyihir—bagaimana mereka bekerja, mengapa harus dibunuh
  •  Klaimnya : Perempuan lebih mudah ditipu karena "lebih lemah"—buktinya, Eva diperdaya ular di Taman Eden

 Quote Mematikan :

"The reason is easie, for as that sexe is frailer than man is, so is it easier to be intrapped... as was over well proved... by the Serpents deceiving of Eva at the beginning."

 Implikasi : Ini bukan sekadar buku—ini  undang-undang resmi yang menjadi dasar ribuan eksekusi.


3. Proses Pembunuhan Legal: Setiap Langkah Direkayasa

Buku ini memecah proses menjadi manual yang mengerikan:

TahapMetodeTujuan Sebenarnya
Tuduh"Kau penyihir!" biasanya dari tetangga, suami, atau pejabatMenyingkirkan perempuan "bermasalah"
SiksaPricking (cari "tanda Setan" di tubuh), bootikins (pengecoh kaki), cashielaws (sangkar logam dipanaskan)Ekstrak pengakuan palsu
UjiSwimming test (lempar ke air—jika tenggelam = tidak bersalah, tapi mati tenggelam; jika mengapung = penyihir, dibakar)Tidak ada jalan keluar
HukumStrangulation lalu bakar mayatHancurkan jejak fisik & sejarah
KuburTabur abu, atau kubur di tempat tersembunyiHilangkan dari ingatan

Contoh Paling SadisMargaret Aitken (1597)—"Penyihir Besar Skotlandia" yang dibuat-buat kemampuan "mendeteksi penyihir" demi selamatkan nyawanya. Ia ditour keliling kota, tunjuk ratusan orang—hingga akhirnya ketahuan bohong dan dibakar sendiri.


4. Skotlandia vs Salem: Mengapa Salem Lebih Terkenal?

Ironi Besar: Salem (1692-93) = 20 eksekusi. Skotlandia (1563-1736) = 3.000-5.000 tuduh, ratusan eksekusi. Tapi Salem yang jadi ikon.

Alasan Menarik:

  • Rekaman: Salem punya catatan lengkap (pengadilan, surat, memoir). Skotlandia? Catatan paroki cuma tulis "biaya penjara penyihir: 2 shilling".
  • Pengakuan: Salem langsung diakui kemungkinan salah pada abad ke-18. Skotlandia? Baru minta maaf 2022.
  • Kontrol Narasi: Skotlandia sengaja hapus jejak—"biarkan mereka mati dan dilupakan".

Quote Penting:

"Scotland's witch trials are irritatingly incomplete... The state view was simple: the witches were dead, and justice had been done. There was no appetite to immortalize the details of his handmaidens."

Implikasi: Ini bukan kelalaian—ini pembunuhan sejarah.


5. Modern Relevance: Penyihir Masih Ada

Buku ini tidak hanya tentang masa lalu. Bab terakhir mengejutkan:

Abad ke-20:

  • Mary Webster (1680-an) di Massachusetts—disebut "The Witch of Hadley" dan dibunuh lewat hukum rakyat
  • Helen Duncan (1944)—peramal di Skotlandia ditangkap karena "menspionase rahasia perang" lewat ritual spiritual

Abad ke-21:

  • Leo (sumber di buku) menyalahkan antropolog Barat atas kebangkitan pemburuan penyihir modern di Afrika
  • Pastor evangelikal di Afrika (billboard: "That Witch Must Die")
  • Anak-anak albino dibunuh di 27 negara Afrika Sub-Sahara karena "sihir"

Kritik Penting: Buku ini kurang nuansa di sini. Salah satu reviewer Goodreads (mahasiswa sejarah) menyerang: "Leo blamed Western anthropologists... but the authors didn't push back. You can't raise voice for all women, mention Harry Potter, but ignore trans women."


Kekuatan Buku (Mengapa Menang Award)

✅ Gaya Unik: Campuran sarkasme gelap + riset akademik + naratif personal. Footnotes penuh catatan humor yang menggugah.

✅ Aksesibilitas: Bukan buku akademik kering—ini obrolan dua sahabat yang marah.

✅ Dampak Aktual: Langsung ubah kebijakan (Skotlandia minta maaf 2022, memorial nasional dalam proses).

✅ Kisah Personal: Kisah Judith Langlands-Scott (peneliti Forfar) yang tato wajah Girzell Simpson di lengannya—simbol dedikasi hidup mengungkap sejarah terlupakan.

✅ Call to Action Jelas"We hope to create a worldwide regiment of quarrelsome dames who are fighting for an equal place in the world."


Keterbatasan & Kritik (Harus Dibaca)

⚠️ Kurang Nuansa pada Tokoh Historis:

  • John Knox: Dijadikan villain sejati. Sejarawan yang mereka wawancarai bilang Knox "tidak se-seksis itu", tapi authors ignore—"his sexism, to us, runs very deeply".
  • James VI: Dikritik mentah-mentah tanpa konteks politik era tersebut (meski justified).

⚠ Bias Feminis yang Terlalu Tegas:

  • Klaim "This is about gender, and only gender" —tapi ekonomi, agama, politik juga factor.
  • Beberapa reviewer (sejarawan) merasa simplifikasi mengorbankan akuransi.

⚠ Kontroversi Modern:

  • Leo's scapegoating terhadap antropolog—tidak ditolak langsung di teks.
  • Harry Potter: Dibahas tanpa menyentuh kontroversi J.K. Rowling—dilihat sebagai hipokrisi oleh pembaca LGBTQ+.
  • AI Artwork: Gambar di buku dibuat AI—kontroversial untuk buku yang kritik eksploitasi.

⚠ Dark Tourism: Authors menyerang "dark tourism" (wisata sejarah kelam) ke Salem—tapi tidak bedakan antara yang mau belajar vs yang eksploitasi.


Perbandingan dengan Buku Sejenis

BukuPendekatanKekuatanKelemahan vs How to Kill a Witch
The Witch-Hunt in Early Modern Europe (Brian Levack)Akademik, keringData lengkapTidak ada emosi, tidak accessible
Witches of America (Alex Mar)Jurnalisme, personalNuansa modernTidak deep historis Skotlandia
The Witch: A History of Fear (Ronald Hutton)Antropologi, globalKonteks luasTidak fokus patriarki spesifik
How to Kill a WitchAktivis, sarkasmeGaya unik, impact langsungKurang nuansa akademik

Bottom Line: Buku ini bukan pengganti buku akademik—tapi katalisator emosional yang akademik tidak bisa lakukan.


Target Audiens

SANGAT DISARANKAN untuk:

  • Feminis yang mau lihat sejarah gender dalam aksi brutal
  • Pecinta true crime yang mau konteks historis
  • Aktivis sosial yang butuh inspirasi kampanye
  • Warga Skotlandia yang tidak diajar ini di sekolah

TIDAK DISARANKAN untuk:

  • Sejarawan puritan yang mau objektivitas sempurna
  • Pembaca yang tidak tahan humor gelap tentang pembunuhan massal
  • Orang cari solusi teknis (buku ini fokus naratif, bukan kebijakan detail)

Kesimpulan & Rating

Rating: ⭐⭐⭐⭐ (4/5)

Kenapa bukan 5 bintang?

  • Kurang nuansa pada tokoh historis—terlalu hitam-putih
  • Kontroversi modern (Leo, Harry Potter, AI art) tidak ditangani dengan cukup

Kenapa bukan 3 bintang?

  • Gaya unik dan dampak nyata tidak bisa diabaikan
  • Dedication authors—mereka benar-benar ubah hukum
  • Kisah personal (Judith, Girzell, Henry) menyentuh hati

Kalimat Penutup:

"This is not a perfect history book, but it's a necessary one. If you want to understand how patriarchy kills—not just metaphorically, but literally—this is your manual."


Ekstrak Kutipan Paling Kuat

Tentang James VI:

"He signs off his introduction with a hearty farewell, recommending his goodwill to the reader's friendly approval. Meanwhile, thousands of women will burn."

Tentang Margaret Aitken:

"She was taken on a horrific judicial roadshow... until she was exposed and burned."

Tentang Modern Witch Hunt:

"Where the going gets tough in any society, it is the most vulnerable who are accused of causing the damage."


Informasi Pembelian

ItemDetail
JudulHow to Kill a Witch: The Patriarchy's Guide to Silencing Women
PenulisClaire Mitchell & Zoe Venditozzi
PenerbitSourcebooks (US), Monoray (UK)
Tahun2025
Halaman320
ISBN9781464241222
Harga~$25-30 (Hardcover)
FormatHardcover, Ebook, Audiobook
AvailableAmazon, Barnes & Noble, Sourcebooks

Status: ✅ WAJIB DIBACA untuk siapa saja yang peduli dengan keadilan gender—dengan catatan baca kritis.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengulas Buku "Filosofi Teras" Karya Henry Manampiring

Fenomena '#KABURAJADULU': Fenomena Migrasi Generasi Muda Indonesia yang Viral

Apa itu Artificial Intelligence?